Kamis, 20 Juni 2013

Lekaslah Sirna

Sesaat gerakan cekat tangan ini terhenti dalam mentata tumpukan buku dan map. Mata ini tertuju pada sebuah benda yang menyatu dalam tumpukan buku itu. Map berwarna biru muda. Polos. Di dalamnya terdapat tumpukan berkas. Sangat mengganggu. Aku terdiam. Rasanya ingin kembali ku ulang aktivitasku sedari tadi agar tak menemukan barang itu. Inginku memejamkan mata. Berharap barang itu lekas sirna dari pandanganku. Tapi, apalah daya. Semua tak mungkin terulang. Sudah terlanjur terjadi.

sesegera mungkin, ingin dengan cepat aku kembali menata tumpukan buku itu. Tidak terkecuali dengan map biru itu. Ingin ku masukan dalam tumpukan paling bawah dan tidak mudah tersentuh. Juga tidak mudah ditemukan.

ahh, tapi aku tak mampu menolak kata hati. Entah, atas dasar apa pula aku ingin melihat kembali berkas-berkas itu. Sekali saja -setelah kejadian itu- aku merasakan kembali perjalanan kala itu. Perjalanan penuh kenangan. Penuh kebersamaan.

tangan itu dengan hati-hati memberanikan diri untuk menyentuhnya. Pelan. Ku buka map dengan perasaan campur aduh. Berdebar. Jantung rasanya berdetak lebih dari biasanya. Memori dalam ingatan ini terpaksa harus terputar kembali. Hadir di masa lalu. Masa yang sudah aku tutup dalam lembaran hidupku. Masa yang aku anggap telah sirna dan pergi dalam potongan episode perjalananku.

lembar demi lembar aku buka isi dalam map itu. Sebuah buku catatan kombinasi warna biru dan pink menjadi urutan pertama dalam tumpukan itu. Dilanjutkan dengan setumpuk dokumentasi dan yang paling bawah terdapat sebuah buku kecil bertuliskan "kita dan perjalanan".

perlahan aku mencoba membuka buku catatanku. Satu per satu, lembar demi lembar. Pelan. Aku baca dengan seksama. Perlahan. Tanpa menghilangkan sebait kalimatpun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar