suatu ketika, saya lagi pengen survey kebutuhan pembaca akan sebuah novel.
apa sih sebenernya novel yang mereka inginkan tapi belum ada dipasaran.
satu jawaban menggelitik yang ingin saya ungkap.
"novel? Aku kurang tau sih."
"aku udah ga pernah baca novel."
saat itu saya mencoba terdiam. Saya tidak tau, apa maksudnya.
"soalnya novel itu fiksi"
jawaban yang sangat simpel. Simpel sekali. Sesimpel membalikan tangan. Tapi terlalu sulit dianalisis.
Tiba-tiba memory dalam otakku dengan cepat mengkaitkan dengan masa
lalu. Ya, karena dulu pas ngaji pernah ada kultum tentang itu kalau ga
salah.
ada seseorang yang mengharamkan atau menganggap itu bid'ah. Tepatnya lupa. Tapi alasannya cerita fiksi itu ga nyata.
iya sih, saya setuju. Fiksi itu memang ga nyata. Fiktif. Imajinasi.
Fiksi itu katanya bayangan. Bayangan itu ga jelas. Ga jelas itu abu-abu.
Abu-abu itu. . . .entahlah, masih banyak pendapat.
tapi, ada sebagian orang juga yang suka dengan fiksi. Fiksi itu
membuat berfikir out of box. Fiksi itu menggugah. Fiksi itu inspiratif.
Ah. . .juga masih banyak pendapat.
dari sisi pecinta nulis fiksi mungkin akan curhat.
aah, andai saja kalian tau. Andai saja kalian paham. Andai saja kalian mencoba mengerti.
fiksi itu tidak jauh dari fakta. Ya, tentu saja fakta dari
orang-orang terdekat penulis, atau bahkan fakta dari penulis itu
sendiri.
hanya saja. Fakta itu disamarkan. Fakta itu difiksikan. Dipoles
sedikit, dirapikan. Dimanipulasi, diperbaiki. Ditambah dan dikurang.
Agar lebih mudah dipahami. Agar lebih mengena dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar