Minggu, 09 Juni 2013

[Cerpen] Antara DIA dan dia


 
“Nisa??!!”, sapa seorang sahabat lamaku ketika aku bertemu dengannya di toko baju dengan penuh keheranan melihat penampilanku.
Karena aku sudah terbiasa dengan penampilanku, aku juga biasa saja menanggapi sahabatku. Sikapnya yang begitu polos, sangat terlihat bahwa ia sedang terkejut dan sedikit tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ia memandangi penampilanku, aku yang mengenakan celana panjang ketat, baju lengan panjang dan juga kerudung yang  trendy merasa sangat malu. Tiba-tiba, ia meletakkan barang bawaannya dan memelukku, dengan keharuan aku menerima pelukannya. Entah, apa yang ada dalam pikiran sahabatku itu. Sepeti komunikasi dari hati ke hati, tak terasa air mataku menetes membasahi pipiku.
“Ukhti, maafkan aku.....aku terlalu sibuk dengan urusanku, hingga aku lupa dan tak mampu lagi menjagamu”, bisiknya dengan suara tersedu-sedu, terdengar begitu lembut dan ikhlas.
Ia kemudian melepaskan pelukkannya dan mengusap air mataku. Aku tak mampu berkata apa-apa aku hanya bisa tertunduk dan menangis. Namun, kelebutannya membuatku luluh, aku mampu tersenyum kembali,
“Ini semua bukan kesalahanmu, ini karena kelalaianku sendiri, maafkan aku. Aku tak pantas lagi menjadi sahabatmu”, ujarku seraya pergi dan berpaling darinya.
Sesampainya di rumah, aku berlari menuju kamar. Aku tersadar diriku telah jauh dari yang dinamakan seorang muslimah. Perjuanganku yang begitu sulit ketika aku SMA untuk menjadi seorang muslimah sejati seperti hangus terbakar oleh kesenangan-kesenangan yang menyesatkan. Aku menghakimi diriku sendiri, merenung di dalam kamar. Aku berdiri tegak di depan kaca, ku pandangi diriku dalam-dalam. Lemah, tak berdaya, air mataku tak terasa menetes membasahi pipiku yang telah ku balut dengan make up yang lumayan tebal.
aku pun mencari tissu untuk mengusap air mataku, "Ya Rabbi, apa yang terjadi dengan diriku? apakah aku telah menjauhi-Mu? Rabb....aku tak tahu, apa yang membuatku berubah seperti ini, Ampuni aku ya Allah.....".
Masih ku pandang diriku melalui cermin itu, hatiku bergejolak, aku merasa diriku sudah hina, bak sebuah kaca yang sudah pecah berkeping-keping, betapa sulitnya menyusun kembali. Bekas-bekasnya pasti akan tetap terlihat.
"Dimana Nisa yang dulu? Dimana Nisa yang dulu selalu menjaga izzahnya, yang selalu menjaga penampilannya??", dalam hati aku bertanya kepada diriku.
Kerudungku? kerudungku sekarang sudah jauh dari syar'i, aku lebih mementingkan mode. Pakaianku? pakaianku juga jauh dari menutup aurat yang benar. Pakaian dan krudung yang aku kenakan hanya sebatas mengikuti trend teman-temanku, tak lagi ada niat untuk menutup aurat.
“Allah, ternyata selama ini aku begitu jauh dari-Mu". Aku semakin menyesali apa yang telah aku lakukan, semakin tak kuasa membendung tetesan air mataku.
TO BE CONTINUE. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar