“Nisa??!!”, sapa seorang sahabat lamaku
ketika aku bertemu dengannya di toko baju dengan penuh keheranan melihat
penampilanku.
Karena aku sudah terbiasa dengan
penampilanku, aku juga biasa saja menanggapi sahabatku. Sikapnya yang begitu
polos, sangat terlihat bahwa ia sedang terkejut dan sedikit tidak percaya
dengan apa yang terjadi. Ia memandangi penampilanku, aku yang mengenakan celana
panjang ketat, baju lengan panjang dan juga kerudung yang trendy merasa sangat malu. Tiba-tiba, ia
meletakkan barang bawaannya dan memelukku, dengan keharuan aku menerima
pelukannya. Entah, apa yang ada dalam pikiran sahabatku itu. Sepeti komunikasi
dari hati ke hati, tak terasa air mataku menetes membasahi pipiku.
“Ukhti, maafkan aku.....aku terlalu
sibuk dengan urusanku, hingga aku lupa dan tak mampu lagi menjagamu”, bisiknya
dengan suara tersedu-sedu, terdengar begitu lembut dan ikhlas.
Ia kemudian melepaskan pelukkannya dan
mengusap air mataku. Aku tak mampu berkata apa-apa aku hanya bisa tertunduk dan
menangis. Namun, kelebutannya membuatku luluh, aku mampu tersenyum kembali,
“Ini semua bukan kesalahanmu, ini
karena kelalaianku sendiri, maafkan aku. Aku tak pantas lagi menjadi
sahabatmu”, ujarku seraya pergi dan berpaling darinya.
Sesampainya di rumah, aku berlari
menuju kamar. Aku tersadar diriku telah jauh dari yang dinamakan seorang
muslimah. Perjuanganku yang begitu sulit ketika aku SMA untuk menjadi seorang
muslimah sejati seperti hangus terbakar oleh kesenangan-kesenangan yang
menyesatkan. Aku menghakimi diriku sendiri, merenung di dalam kamar. Aku berdiri tegak di depan kaca, ku pandangi diriku
dalam-dalam. Lemah, tak berdaya, air mataku tak terasa menetes membasahi pipiku
yang telah ku balut dengan make up
yang lumayan tebal.
aku pun mencari tissu untuk mengusap air mataku,
"Ya Rabbi, apa yang terjadi dengan diriku? apakah aku telah menjauhi-Mu? Rabb....aku
tak tahu, apa yang membuatku berubah seperti ini, Ampuni aku ya
Allah.....".
Masih ku pandang diriku melalui cermin itu, hatiku
bergejolak, aku merasa diriku sudah hina, bak sebuah kaca yang sudah pecah
berkeping-keping, betapa sulitnya menyusun kembali. Bekas-bekasnya pasti akan
tetap terlihat.
"Dimana Nisa yang dulu? Dimana Nisa yang dulu
selalu menjaga izzahnya, yang selalu menjaga penampilannya??", dalam hati
aku bertanya kepada diriku.
Kerudungku? kerudungku sekarang sudah jauh dari syar'i, aku lebih mementingkan mode. Pakaianku?
pakaianku juga jauh dari menutup aurat yang benar. Pakaian dan krudung yang aku
kenakan hanya sebatas mengikuti trend teman-temanku, tak lagi ada niat untuk
menutup aurat.
“Allah, ternyata selama ini aku begitu jauh
dari-Mu". Aku semakin menyesali apa yang telah aku lakukan, semakin tak
kuasa membendung tetesan air mataku.
TO BE CONTINUE. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar