Sore itu, awan gelap menyelimuti
hamparan langit. Sang surya tak berani menampakkan dirinya. Petir sesekali
mengeluarkan suara gemuruh. Mengelegar. Keras. Seakan menyambar pepohonon di
luar sana. Hujan deras mulai mengguyur kota kecil yang sangat padat dengan
industri pertambangan. Angin dengan kecepatan tinggi berhembus, membuat
pepohonan di sekitar taman kota bergerak mengikuti alunan angin.
Sore itu, langit seolah-olah marah.
Menyertai perasaan Amara. Gadis manis yang duduk sendiri di taman kota sejak
sejam yang lalu. Tertunduk. Kesedihan seakan menyelimuti hatinya. Derasnya air
hujan tak membuatnya beranjak dari tempat duduknya. Gundah. Air mata jatuh
membasahi lesung pipinya. Sembab. Matanya terlihat merah. Wajahnya pucat.
Sesekali ia mengambil tissu dari dalam tasnya. Menghapus air matanya, tapi
semua itu tidak berguna !! hujan deras yang mengguyur taman kota itu telah
melunturkan make-up dan air mata yang melekat di pipinya. Wajahnya sangat pilu.
Terlihat ia kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Tapi apa?
Entahlah, saat ini hanya dia yang tahu. Orang yang berjalan di sekitar taman
tidak terlalu memperdulikannya. Mereka sibuk melindungi diri mereka dari
guyuran air hujan.
“Ya Allah, apakah ini sebuah karma?”,
ucap Amara lirih. Tertunduk. Ingatan masa lalunya muncul silih berganti.
Memenuhi isi kepalanya.
“Allah, sesungguhnya Engkau-lah Dzat
yang mengetahui semuanya. Engkau yang telah mengatur semua ini. Engkau yang
memberikan cobaan ini. Tapi aku tak mengerti, aku tak mengerti dengan semua
ini, ya Allah”
Amara menangis sesenggukan. Sendiri. mencoba
menghayati dan menikmati dengan apa yang dia lakukan saat ini. Di tengah
derasnya air hujan.
“Aku tak pernah merasa melukainya. Aku
tak pernah merasa menyakiti hatinya. Bukankah aku selalu berusaha untuk selalu
menghormatinya? Mencoba mengerti akan semua sikapnya. Aku selalu berusaha untuk
tidak banyak menuntut. Tapi kenapa semua ini harus terjadi? apa maksud semua
ini?”
Amara menatap langit. Meminta
penjelasan kepada penguasa langit. Tak peduli dengan derasnya air hujan yang
mengguyur tubuhnya. Tak peduli dengan badannya yang mengginggil kedinginan. Dia
ingin mengetahui semuanya. Laksana hal yang mustahil terjadi. tak pernah
sedikitpun terbesit dalam pikirannya tentang hal itu. Asa dan harapannya seolah
terhapus hari itu juga. Ia tak lagi mempunyai semangat hidup. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar