Selasa, 3 Februari 2015
“Ada kalanya, kita membutuhkan waktu untuk sendiri. Untuk sekedar menikmati kesendiriannya dan merenungi perjalanan yang telah dan akan dilalui. Karenanya mampu meringankan dan melegakan pikiran.”
Hari ini aku melakukannya.
Menikmati hariku.
Menikmati sendiriku.
Merenungi perjalanan yang telah dan akan ku
lalui.
Menyusuri kampus yang akan membawaku ke
dunia nyata. Yang akan membawaku pada insan yang LULUS dari ujian pendidikan
dan ujian hidup. Yang telah dan akan memberikanku berjuta pelajaran dan
pengalaman berharga. Yang telah dan akan mendewasakanku dari berbagai
perjalanan hidup yang penuh liku.
Setelah bertemu dengan Iin (In’am) di UKM
Penelitian dan mengobrolkan banyak hal. Yang pada akhirnya aku menyimpulkan,
bahwa dia adalah anak HRD sejati, orang keempat yang ku temukan di HRD yang
sangat menginspirasi setelah mas Wahyu, mas Doni, sama mas Erbi (Mas Hud, nggak
tak sebut bukan karena nggak menginspirasi, tapi kita seangkatan, itu yang aku
sebutin orang-orang angkatan tua #eh). Dan, kedewasaan itu tumbuh bukan karena
usia yang semakin menua, tapi karena pengalaman kita mengenyam pahit manisnya
perjalanan hidup.
Aku kemudian pergi ke Fakultas tempatku
menimba ilmu. Fakultas Ekonomi. Yang sempat tertunda, kemarin. Sebenarnya lewat
belakang bisa, lewat hotel UNY atau belakang Kopma, tapi aku memutuskan untuk
melalui jalan yang lebih jauh. Karena aku ingin menyaksikan tulisan FAKULTAS
EKONOMI di samping pintu gerbang.
Masuk.
Sepi. Tinggal satu dua kendaraan yang
terparkir. Dosen, mahasiswa tak lagi terlihat aktivitasnya. Mungkin karena
faktor libur juga. Aku berhenti sejenak di depan gerbang, menatap sang surya
yang masih gagah menyinari bumi.
Mengingat masa-masa ospek.
Mengingat masa
kecil.
Mengingat betapa beruntungnya diriku menjadi bagian dari mahasiswa.
Mahasiswa UNY. Yang dulu, mungkin tak pernah terbayangkan dalam benakku menjadi
anak kuliahan. Lulus SMP pun udah sukur. Tapi lagi-lagi rencana Allah itu
selalu indah. Aku bisa menikmatinya, aku bisa merasakannya. Mengenyam bangku
perkuliahan.
Perlahan aku berjalan, menuju gedung
dekanat. Di depan, aku menemukan teman-teman Al Fatih. Berhenti sejenak.
Ngobrol. Mereka adalah teman-teman luar biasa. Teman yang mendewasakan,
keluarga keduaku di kampus.
Kemudian aku langsung masuk lobby gedung
berlantai 3 ini. Tanpa berpikir panjang. Sebelum pintu ditutup. Aku langsung
menyegerakan naik ke lantai 2. Kemana lagi kalau bukan ke mushola. Iya, mushola
GE1 lantai 2. Aku suka dengan tempat ini dan aku nyaman di tempat ini. Karenanya,
aku sering mengunjunginya, ya, walaupun bukan untuk menunaikan sholat.
Sepiii sekali. Lantai 2 seperti tak
berpenghuni lagi. Aku membuka jendela. Melihat ke ujung barat. Matahari yang
masih gagah, atap-atap rumah, gedung student center, gedung kopma, dan beberapa
pohon. Pandanganku ku dekatkan. Pohon di depan GE 2. Entah, namanya apa. Indah.
Beberapa minggu yang lalu, tepatnya dalam waktu tertentu menyuguhkan
keindahannya dengan bunga yang bermekaran berwarna kuning.
Ku biarkan memori dalam pikiranku bergerak
bebas. Memutar semua kejadian yang ingin ku ingat, membayangkan segala kejadian
yang ingin ku raih. Kuliah. Keluarga. Asa dan harapan. Bapak-Ibu, Simbah dan
tanah kelahiranku, Blekonang.
Allah. Aku ingin menjadi orang yang
bermanfaat bagi orang-orang di sekitarku. Dalam hal apapun. Segala semoga ku
panjatkan dalam renung dan diamku.
Hmm. Tapi berasa belum ada 5 menit,
tiba-tiba terdengar gemercik air kran. Orang ber-wudhu. Dan benar. Ada salah
satu dosen yang mau menunaikan sholat Ashar. Tak ingin mengganggu ibadahnya,
aku memilih untuk menyudahi aktivitasku di tempat itu. Belum puas siih, tapi
sudahlah. Masih ada banyak waktu untuk bisa ada di sana. ^^
Akupun melanjutkan perjalanan ke Rektorat.
Lagi, sang surya masih setia menemaniku. Di
jalan sebelah ormawa. Ingin rasanya berlama-lama. Tapi, udah nggak ada orang,
dan nggak mau dikira orang aneh. Teruus. Lanjut ke taman pancasila, museum
pendidikan. Dan tiba-tiba terlintas masa semester 1. Hwawa, dengan polosnya
maen ke MPI buat ngliput berita, sama Rara.
Lanjut, masuk ke rektorat, lewat pintu
sebelah mushola. Kembali ku biarkan memoriku bergerak bebas.Memikirkan segala
hal yang kadang entah kemana. Mengingat perjuangan dan perjalanan menjadi mahasiswa.
Lagi-lagi, wajah mereka, bapak dan ibu.
Tiba-tiba sudah sampai saja di hall
rektorat, dan teringat dengan apa yang diucap Iin,
“Kamu sering ada disini tapi
sebenarnya nggak ada disini.” Hmm, iya. Nggak sadar tiba-tiba udah memandang
air mancur depan rektorat. Nggak sadar tiba-tiba udah disambut dengan tulisan-tulisan
motivasi yang berjajar disepanjang jalan keluar, yang sampai sekarang aku belum
hafal apa aja tulisan yang tertera di sana. Hwaa. Pengen banget nangis, tapi
jaim laah. Masih ada beberapa orang yang berlalu lalang, malu kan kalo sampe
ketauan :3
Akhirnya ku putuskan untuk pulang dan naik
transjogja. Hmm, hal unik. Aku bayar pake uang 10.000 eeh, mbaknya malah tanya
ada 100 rupiah enggak, atau 600 rupiah. Ternyata tarifnya baru proses
penyesuaian jadi 3.600 . Hmm, pantes.
Naik bis adalah hal yang sangat lumrah
dalam hidupku, bahkan sangat familiar. Karena sejak kecil aku udah mengenalnya.
Tiba-tiba ketika aku membuka hp, otakku kembali memutar memori lama. Ketika aku
naik bis dari wonosari-Tepus. Langsung aku masukkan hp ke tas. Buku pun demikian.
Aaah, tapi ku pandangi satu per satu dari mereka di tempat itu, mereka diam.
Asik. Sibuk Sendiri. Benar, sama sekali tak mengenal. Bahkan saling melempar
senyum pun tidak.
Padahal, dulu salah satu alasanku suka naik
bis, apalagi di wonosari-Tepus itu karena kebiasaan luar biasa di bis. Beda
desa, beda daerah, beda kecamatan, hanya sekali bertemu, tapi sapaan itu
sungguh mengakrabkan. Menunjukkan bahwa kita adalah keluarga. Orang
Gunungkidul. Dan itu luar biasa. Aku bisa mengasah bahasa jawaku, bisa ngobrol
dengan teman sebaya, bahkan sama bapak-ibu yang udah paruh baya, juga dengan
semua kalangan entah itu guru, pejabat, maupun pedagang.
Tapi, di Jogja. Aku tak menemukan itu :(
Sediiih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar