Jumat, 06 Februari 2015

Akupun diingatkan, tentang maut



Rabu, 4 Februari 2015


“Allah tak pernah memberi kabar, kapan maut kan menjemput kita. Orang yang masih muda dan sehat, tak menjamin masih punya banyak waktu di dunia ini, begitupun sebaliknya orang yang sudah tua dan tidak sehat, belum tentu akan segera meninggalkan kita dan bertemu sang Kholik.”

 Hari ini, Allah mengingatkanku tentang dosa dan amal.
Tidakkah kau ingin dijemput-Nya dengan Khusnul Khotimah?
Lalu, apa yang kau punya selama di dunia ini? Berapa dosa kau buat, berapa kali maksiat? Daaan, seberapa amal yang mengantarkanmu ke Akhirat? Hmm. Sungguh pelajaran yang luar biasa.

Pagi ini rencananya mau ke kampus. Nemenin adik-adik ngerjain PKM sama nemuin beberapa orang yang punya kepentingan sama aku –alah sok penting – Hmm, tapi semua jadi berubah ketika sekitar pukul 08.45 ada telpon masuk dari salah seorang teman.
“Kak, udah dapat kabar belum?”
“Belum, kabar apa?”
“Ibunya mas Brili meninggal.”
“Innalillahi wa inna ilaihi rooji’uun.”
“Mau ikut layat nggak?”
“Mau...”
. . . .

Tanpa pikir panjang. Langsung cuss siap-siap. Kepikiran buat ngabarin Rara, tak ajak ikut. Biar sekalian maen ke Jogja juga siih, nggak cuma mengurung diri di Kulon Progo. Tapi, ternyata lagi-lagi tak sesuai rencana. Setelah siap-siap, buka hp, dan udah ada sms, yang intinya mau berangkat bentar lagi, soalnya pemakamannya jam 11 siang. Alhasil nggak sempet buat pegang hp dan ngabarin siapapun (maaf...)

Oh iya, sebelumnya aku ceritain dulu, siapa itu mas Brili. Nama lengkapnya Brilian Prasetyo, tapi kita sering manggilnya mas Bril atau agak lengkapnya mas Brili. Beliau adalah salah satu keluarga UKM Penelitian yang care banget sama UKM Penelitian dan orang-orang didalamnya. Beliau adalah salah satu alumni yang masih banyak dikenali oleh pengurus-pengurus baru. Yaa, karena intensitasnya maen ke sekretariat mungkin. Selain itu, mas Brili ini seneeeng banget yang namanya maen. Waktu weekend-nya selalu dijadwalin buat menikmati Ciptaan-Nya disetiap sudut buminya. #eeaa lebay

Oke, back to topic
Dari rumah menuju tempat biasa, Student Center. Setibanya disana sudah ada beberapa orang yang menunggu untuk ikut ke lokasi, Magelang. Ada Tanti, Nony sama temen-temennya Nony (kalo nggak salah) yang duduk di tangga sebelah sekretariat UKM Penelitian, di dalam dekat pintu masuk ada Atika sama Azizah, kayaknya lagi ngerjain PKM dan di sebelah pintu perpus ada Septi sama Anisa.
“Kak, aku WA kamu lho. Kok kamu nggak ngabarin?”
Septi langsung membuka percakapan. Bagiku tak perlulah menjelaskan panjang lebar. Cukup dengan menjawab, “Nggak sempet pegang HP”.
“Kamu ikut, kak?”
“Ikut, ayok.”
. . . .

Disini, kita masih menunggu orang, Muslim belum datang. Tapi nggak lama kemudian, ia muncul.
Kita langsung cuss ke bawah biar segera berangkat. Ngejar waktu juga, karena udah hampir jam 10. Tapii, ternyata nggak semudah itu, gaes. Eeh, mas Huda masih bayar KKN (mungkin juga masih ngantri atau di Bank), dan masih kurang 1 motor. Atika sama Dea belum dapat motor. Hmm, telpon mas Huda, pinjem motor Enny. Langsung nemu solusi.

Beberapa menit kemudian, mas Huda datang (tapi nggak kita telpon, eh maksudnya ditelpon nggak diangkat). Atika sama Dea ke tempat Enny buat ambil motor. Dengan beberapa insiden, yang intinya nggak ada motor. Untung Fajar datang, Aji juga datang. Okee berati cukup.
6 Motor. 11 Orang. Aku, Yudik, Muslim, Septi, Mas Huda, Dea, Nony, Tanti, Fajar, Atika, Aji. Berangkat jam setengah 11an (karena kita nggak liat jam, nggak tau tepatnya jam berapa).

Hiyaaah. Sampe jalan Magelang, eh apa Magelangnya ya. Pokoknya ditempat yang sama beberapa hari yang lalu :D Tilangan :v
Ini orang peka banget sama pak polisi apa emang udah was-was dari awal karena nggak punya SIM ya. Tepat beberapa meter dari tempat tilangan, langsung berhenti :D
Lucu.
Siapa lagi kalo bukan Yudik.
Untungnya motor dibelakang juga berhenti, Muslim sama Septi. Emm. Ya, singkat cerita jadi tukeran boncengan, wkwkwk.
Melanjutkan perjalanan. Sampe di lokasi udah jam 12. Nyari alamat dulu siih, tapi untungnya lancar juga.
Oke sampai di tempat. Niatnya siih, langsung mau ke rumahnya. Tapi, nggak ada satupun dari kita yang udah pernah ketemu salah satu keluarganya. Terus meh nemoni sopo?
Akhirnya telpon mba Yuni, yang ternyata di masjid, baru aja dari pemakaman. Oke laah, mending kita nunggu mba Yuni, dari pada masuk tapi krik-krik nggak tau mau nemuin siapa :3

Oh ya. Sebenernya kita masih was-was juga, tempat itu bener apa enggak. Pertama sampe sana, tanya sama ibu-ibu yang ada di depan, bener enggak yang meninggal ibunya mas Brili. Eeh, ternyata ibu-ibu itu nggak tau mas Brili -,- (mas Bril, mungkin kamu perlu pencitraan lebih, biar kayak pas maen ke tempatku, sekali tanya langsung tau aku :p )
Terus di sela nunggu mba Yuni, aku juga nyoba tanya ke mas-mas. Anak muda biasanya tau :D dan dari jawabannya kita baru yakin kalau kita nggak salah tempat.

Beberapa waktu kemudian, kita masuk. Eh, kok ya masuknya salah tempat :3 PD lagi. Untung belum sempet duduk udah disambut sama mbak Yuni sama mas Brili. Kita langsung masuk, duduk, dan basa-basi membuka obrolan ringan.
Kemudian, Simbahnya mas Brili nemuin kita. Subhanallah. Ceritanya itu lho, menginspirasi sekali. Betapa. Wejangan dari orang tua itu, tak pernah ada yang menjerumuskan pada hal-hal yang buruk. Tapi nggak perlu aku sampaikan disini wejangan dari beliau, karena disamping ada yang lupa juga takut salah menyampaikan :3 hehe.
Setelahnya, mendengarkan cerita dari mas Brili. Tentang Ibunya. Hmm. Betapa Allah itu Maha Kuasa. Ketabahan dari keluarga itu lho. Mungkin juga salah satu skenario Allah.
Satu hal yang tiba-tiba muncul dalam ingatanku ketika mas Brili cerita. Simbah. Ya Allah. Tiba-tiba memori itu kembali muncul dan mengelilingi otak ku. Masa-masa tak terduga dan masa-masa terakhirnya. Dan aku disitu, saat itu, diam. Menunduk. Mendengarkan. Tapi pikiranku melayang. Maut tak ada yang tau. Maut tak direncanakan. Maut kehendak Sang Pencipta.Pasti tapi rahasia.
Allah. Terimalah mereka di sisi-Mu. Lirih.Dalam hati. Hanya do’a itu yang mampu ku panjatkan.

Singkat cerita, setelah bercakap-cakap. Kita memutuskan untuk pulang, sekaligus sholat. Eh, Sholat sekaligus pulang. Karena kita belum sholat Dzuhur. Oh ya. Saat berpamitan aku mengucap kata spesial ke mas Brili, hehehe. “Simbahnya mas Brili keren. Pantes. Mirip mas Bril.” Dan kata mas Brili nggak Cuma aku yang bilang gitu, aah... telat. Hehehe.

Nggak jauh dari rumah mas Bril, ada masjid di pinggir jalan. Dan kita memutuskan untuk sholat di tempat itu. Ada hal unik yang kita saksikan saat itu. Lelaki paruh baya yang datang beberapa menit kemudian setelah kita parkir motor. Karena aku liat bapaknya bawa karcis parkir, sontak aku bilang, “Kayaknya tadi nggak ada bapaknya parkir deh” ke Septi sama Tanti yang kebetulan lagi nggak sholat. Emm, bukan itu yang utama. Hal uniknya adalah ketika kita melihat bapak itu memasukkan uang di dalam plastik dan diisi air, kemudian plastik itu dilubangi kecil, air yang keluar dari lubang kecil itu disiramkan ke lantai dan ekstremnya ke jalan juga. Mirip anak kecil yang lagi mainan. Ehehe.

Setelah sholat dan rehat sejenak, kita melanjutkan perjalanan pulang. Karena sudah melewati jam makan siang dan ada yang sampai nggak sarapan juga, akhirnya kita memilih untuk mengisi perut terlebih dahulu. Di taman kuliner, apa food court ya. Itu kerjasama sama Bank Jateng.  Nama tempatnya lupa :3 dan kesan pertama kita setelah dapet menu adalaaah, “kok nggak ada harganya ya?” hhehehe, dasar mahasiswa :D

Satu hal yang baru kita sadari ketika mau melanjutkan perjalanan. Aku, Septi, Yudik, Mas Huda. What? Lagi? Dan ternyata orang luar #eeh maksudnya bukan pengurus sendiri. Baru sadarnya ya setelah foto bareng :3

Setiap perjalanan, selalu ada pengalaman dan pelajaran yang luar biasa dan tak semua orang bisa mendapatkannya. Terima kasih untuk hari ini. ^^


3 komentar:

  1. Astiiiiiiiiiii.........

    namaku kalau di kampung bukan mas Brili... ngak pada kenal kalau nama ituu hehe,,
    bwt temen2 semua yg kemaren menyempatkan waktu bwt dateng ke rumah, turut berduka cita dan turut menyampaikan doa.. Makasih banget bwt kalian.
    Love u All..
    Aku juga tidak menyanggka bgitu secepat ini dan begitu shock di hati. Tapi ya inilah takdir kehendak illahi..
    Almarhummah Ibuku adlh seorang yg tegar, meski ia sakit ia selalu senyum, tegar, dan selalu bersedekah.. sering pencitraan juga sih. memang berat rasanya menerima kenyataan ini.
    Semoga Allah memberikan jalan yg terbaik bagi beliau.. Memberikan pengabulan atas doa2 kami kepada beliau disana..
    Amin..

    oiya,, itu orang yg di masjid itu adalah si Mad, orang yg agak aneh memang,hehe

    BalasHapus
  2. Aamiin...
    Bapaj yg dimasjid itu juga ngepel pake duit seribu. abis itu duitnya dipake buat ngasih kembalian ke aku. Dan sampe sekranh itu duit seribu masih ada di dompet ...

    BalasHapus
  3. Mas Brilll..... mesti panggilannya Ian, atau Lian? ahaha.
    Satu hal yang tak dapetin, ketabahan. dan itu keren bangettt... (y)
    aamiin. Aamiin ya Rabb.

    eh, mas huda lho yang ngefans sama bapaknya itu. dia mau minta jurus anti jomblo :D

    BalasHapus