entah kenapa, aku sering sekali membuat catatan tentang perjalanan
hidup. Perjalanan yang pernah dilalui adalah kenangan terindah yang tak
mungkin dapat terulang kembali. Karenanya ceritalah yang mampu
mengabadikan.
Kembali menceritakan masa kanak-kanak.
Lucu saja ketika mengingat diriku waktu kecil dan melihat aku yang
sekarang. sepertinya nggak mungkin. Tapi itulah perjalanan, tapi itulah
kehidupan. Nothing is imposible. Tak ada yang tak mungkin. mau mustahil
180 derajat pun kalau Allah menghendaki pasti terjadi.
Masa
kanak-kanak adalah masa yang sangat jujur, lepas, kreatif, dan bebas.
Bukan begitu? Iya, anak kecil belum memikirkan masalah kaya yang udah
remaja. juga belum merasa malu mau ini itu. Yang penting bagi mereka
adalah kegembiraan.
Ya, begitu pula dengan diriku.
Siapa sangka kalau aku dulu mainnya sama laki-laki. Entah karena faktor
lingkungan atau memang aku-nya. karena dulu di daerah saya, yang
seumuran dengan saya mayoritas laki-laki.
Aku adalah
satu-satunya perempuan dalam kelompok bermainku. Yaa, semua itu mungkin
bermula ketika saya masuk Taman Kanak-Kanak. Pada saat itu saya ber-25
teman saya (kalau nggak salah) menjadi satu kelas di sekolah itu. Emm,
katanya siih, generasiku adalah generasi terakhir dengan jumlah murid
terbanyak di tempat itu. jadi bisa dibayangkan, seberapa banyak murid
disana sekarang.
Ok, Cuuss ke cerita. Mungkin ini
bukan hanya terjadi di Sekolah (Eeeh, Tk maksudnya) di tempat saya.
Tempat duduk di TK itu tidak dibuat jejeran dari depan ke belakang kayak
di kelas-kelas gitu, tapi tempat duduknya di buat berkelompok dan
setiap kelompok ada 1 meja.
Nah, di sinilah awal
ceritanya (yang aku ingat). karena tempat duduknya tidak menetap,
terserah mau milih yang mana, jadi setiap hari bisa ganti-ganti temen di
sampingnya. tapi seringnya sih sama, mungkin dulu waktu kecil juga udah
punya rasa klik dengan teman kali ya..
Pernah pada suatu ketika
aku dapat tempat duduk yang berbeda dari biasanya. di pojok utara paling
belakang. Dengan kelompok teman yang berbeda pula. Naaah, ketika itu
pula aku langsung nangis dan marah (kalau nggak salah inget) intinya aku
minta pindah tempat duduk. Lari keluar kelas, mencari ibuku untuk
pindah tempat duduk di sebelah depan sendiri pojok selatan. Yaa, bersama
mereka. kawan-kawan seperjuanganku ketika kecil :P
di meja kelompok depan ujung selatan itu di isi semuanya oleh laki-laki. dan aku merengek meminta untuk diperbolehkan pindah di sana. Akhirnya dengan segala usaha oleh kedua guruku (gurunya namanya bu wastini dan bu darsi, dan bu darsi sampai sekarang selalu mengingatku, mungkin juga tentang hal itu^^)
di meja kelompok depan ujung selatan itu di isi semuanya oleh laki-laki. dan aku merengek meminta untuk diperbolehkan pindah di sana. Akhirnya dengan segala usaha oleh kedua guruku (gurunya namanya bu wastini dan bu darsi, dan bu darsi sampai sekarang selalu mengingatku, mungkin juga tentang hal itu^^)
Tidak hanya tentang itu, itu baru di sekolah.
Belum ketika di rumah. Yaa, tidak hanya di sekolah. Pertemanan ku dengan
laki-laki itu juga terjadi di rumah. Malah lebih parah kayaknya, hehe.
Yaa,
karena dari ujung utara sampai ujung selatan daerahku itu yang seumuran
dengan aku adalah laki-laki, mungkin dulu aku dengan sangat terpaksa
bermainnya dengan laki-laki.
Terutama nih, bermain sepak bola.
Hmm, aku dulu sering sekali bermain bola dengan kawan-kawan kecilku.
Malah ketika TK itu frekuensiku bermain sepak bola dan main jantenan
(eeh, itu salah satu mainan yang sering dilakukan perempuan di daerahku,
mainan pake' kartun yang berasal dari kertas dengan berbagai
perlengkapan kayak baju2an, tempat tidur, dll)
kembali dengan cerita asng visioneris riqi astuti smartgirl
BalasHapus