Senin, 05 November 2012

[Puisi] goresan itu masih membekas


oleh :Riqi Astuti


Ku pandang kau dari kejauhan
Indah……berseri dan sungguh menawan
Ku coba tuk dekatimu
Kau pancarkan sinar cahaya yang menakjubkan
Hingga diri ini tertarik tuk selalu bercermin denganmu
Tak seorangpun kan berpaling bila tlah ada di sampingmu
Sinar cahaya yang kau pancarkan……
Keindahan yang kau berikan……
Sungguh sangat memikat hati sesiapa

Namun…. Miris rasa hati ini
Ketika kau kotori cermin itu dengan noda-noda yang sulit di bersihkan
Kau letakkan beban berat di atasnya
Hingga cermin itu pecah berkeping-keping
Tinggallah kepingan-kepingan yang membahayakan sesiapa yang ada di dekatnya

Sinar cahaya yang kau pancarkan lama-lama redup….. bahkan padam
Keindahan yang menyelimutimu berangsur-angsur sirna…. Bahkan hilang
Berganti dengan di selimuti dengan noda-noda yang sangat kotor
Satu per satu dari mereka mencoba tuk berpaling menjauhimu  
Tak ada lagi yang mereka dapat darimu
Mereka takut kan sepertimu
Dan itu semua karenamu….. karenamu!! Karena ulahmu!! Karena kecerobohanmu!!!
Tak kau jaga sinar cahaya yang selalu kau pancarkan
Tak kau jaga keindahan yang selalu menghiasi dirimu
Taka pernah kau bersihkan noda-noda yang mengotorimu
Kau sadari semua…. Ketika kau telah kehilangan semuanya
Cermin itu telah pecah
Tinggallah penyesalan yang menyelimuti dirimu

Kini…..kau  coba tuk menyusun kembali kepingan-kepingan cermin itu
Kau inginkan cermin itu kembali seperti semula
Kembali memancarkan sinar cahanya yang menakjubkan
Kembali memberikan keindahan yang menawan hati sesiapa
Namun…… sadarlah!!! Bangun…..dan ingatlah!!!
Cerminmu itu  telah pecah…..
Telah menjadi kepingan-kepingan yang membahayakan
Bagaimanapun caranya kau susun kepingan-kepingan cermin itu
Tak kan bisa kembali seperti sedia kala
Goresan itu masih membekas……
Membuat siapapun yang bercermin denganmu kan terlihat hancur
Walau dapat kau pancarkan lagi sinar cahayamu
Walau keindahannya dapat menawan kembali
Tetapi….goresan itu masih terlihat….
Pancarannya tak akan sesempurna ketika masih utuh
Keindahannya tak akan seindah ketika belum ternoda
Cerita masa lalu masih akan terus menyelimutimu

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                

Selasa, 03 Juli 2012

[Ilmu] dibalik kata insya Allah


oleh: riqi astuti
Teman, pastinya kita selalu optimis dengan apa yang kita kerjakan. Berharap hasilnya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Namun, coba kita tengok lagi ke belakang, apakah keoptimisan kita sudah benar-benar di ridhai Allah?? Apakah ke optimisan kita sudah sesuai  dengan syariat islam?? Ataukah malah optimis kita berlebihan, hingga menjadi over optimis?? .
Teman, pernahkan kita lupa mengucap kata “insya Allah” dalam mengerjakan sesuatu??. Pernahkan kita berjanji dan lupa mengucapkan kata itu karena terlalu yakinnya dengan diri kita, sampai-sampai kita lupa dengan Yang Maha Mengatur Segalanya.
Sebenarnya, optimis, atau dalam islam sering disebut raja’ memang salah satu sifat yang harus kita miliki sebagai seorang muslim, sebagai seorang hamba Allah. Tapi sifat tersebut harus diimbangi dengan rasa takut dan berharap pada Allah.
            Mungkin karena kadang kita terlalu optimis, kita sering lupa mengucap kata “insya Allah” dalam melakukan segala sesuatu. Atau karena kita menganggap insya Allah adalah hal yang biasa, maka orang yang mengucapkan insya Allah malah kadang di anggap tidak terlalu yakin, bahkan untuk benar-benar meyakinkannya tak perlu mengucap insya Allah (karena kebiasaan orang jawa kalau mengunakan kata insya Allah, kepastian dipertanyakan – dalam janji - ). Padahal kata insya Allah adalah kata yang memiliki makna yang sangat luar biasa. Bisa di katakan sesuatu yang harus dan sangat di haruskan untuk menggunakan kata itu dalam melakukan sesuatu. Karena bisa berakibat fatal bila tidak diucapkan.
            Ini ada beberapa kisah tentang penting dan urgennya kata insya Allah :
Pada suatu hari, nabi Sulaiman as berkata : “Malam ini akan aku setubuhi 60 atau 70 istriku, sehingga semuanya akan hamil dan masing-masing dari mereka nanti akan melahirkan seorang anak lelaki yang akan menjadi mujahid penunggang kuda fisabilillah”. Namun nabi Sulaiman as lupa mengucapkan insya Allah dalam perkataannya. Benarlah, malam itu nabi Sulaiman as mensetubuhi 60 atau 70 istinya, akan tetapi dari semua istrinya tersebut yang hamil hanya satu, dan saat melahirkanpun yang dilahirkan bukanlah manusia pada umumnya, namun ia berupa badan saja (dalam riwayat lain ada yang menyebutkan hanya sebelah manusia saja). Kemudia Rasulullah saw bersabda: “Kalau saja nabi Sulaiman as mengucap insya Allah, niscaya akan terwujud apa yang di inginkannya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Di tengah puncak pertarungan pemikiran antara Rasulullah dengan kaum Quraisy, kaum Quraisy mengirimkan dua orang yang mereka anggap cendekiawan sebagai utusan khusus kepada orang-orang yahudi di Madinah. Mereka itu adalah An-Nadhar bin Al Harits dan ‘Uqbah bin Abi Mu’aith. Tujuannya untuk mendapat tambahan ‘ilmu’ baru untuk melawan Rasulullah. Orang-orang yahudi  membekali tiga pertanyakan kepada mereka, yaitu :
1.       Bagaimana kisah Ash-Habul Kahfi
2.       Bagaimana kisah Dzul Qarnain
3.       Apa itu ruh
Mendapat tiga pertanyaan itu Rasulullah saw menjawab : “Besok saya ceritakan dan saya jawab”. Tetapi Beliau lupa mengucap kata insya Allah. Al hasil wahyu yang biasanya turun setiap kali Beliau mendapat masalah, harus terhenti selama 15 hari. Setiap hari kaum Quraisy selalu mendatangi Rasulullah dan menagih janji kepada Beliau. Rasulullah sangat sedih, karena belum bisa menjawab pertanyaan kaum Quraisy tersenbut. Singkat cerita, setelah 15 hari, akhirnya Allah menurunkan wahyu surat Al-Kahfi yang berisi jawaban atas dua pertanyaan yang diajukan kepada Rasulullah, dan pertanyaan ketiga disebutkan Allah dalam surat Al-isra’ (bani israil).
            Pada penghujung kisah Ash-Habul Kahfi, Allah   berfirman “Janganlah kamu sekali-kali mengatakan ‘sesungguhnya saya akan melakuan hal itu besok’, kecuali dengan mengatakan insya Allah”. (QS. Al-kahfi:23-24)
Nah lo…….Rasulullah yang sudah dijamin masuk surga aja mendapat hukuman seperti itu, lalu kita?? Yang belum memperoleh jaminan apapun dari Allah?? Masihkah akan menyepelekan hal itu???
            Ada lagi nih kisahnya, pada suatu hari nabi Musa as mengajar kaumnya, lalu ada pertanyaan dari mereka, “Siapakan yang paling ‘alim diantara kalian”. Nabi Musa as menjawab, “Saya”, maka Allah swt mencela jawaban nabi Musa as tersebut dan memberitahukan bahwa ada hamba-Nya yang lebih alim dari nabi Musa as. Singkat cerita, Beliau ingin berguru dengan hamba Allah tersebut, dan hamba Allah menerima permintaan nabi Musa as yang hendak menjadi muridnya, tetapi dengan syarat: nabi Musa as dilarang bertanya, berkomentar, apalagi mengimgkari apa yang akan dilihatnya sebelum hal tersebut dijelaskan kepadanya. Nabi Musa as akhirnya menerima persyaratan tersebut. Kemudian hamba Allah yang tidak lain adalah nabi Khidhir as berkata, “Tetapi kamu tidak akan mampu bersabar”. Spontan nabi Musa as menjawab, “Insya Allah kamu akan mendapati diriku sebagai orang yang sabar”.
            Kalau yang ini, nabi Musa as sudah mengucap kata insya Allah, tetapi masih ada sedikit kurang tawadhu’ yang diucapkan oleh nabi Musa as. hayo…. pada tahu nggak kata apa itu?? Coba deh di baca lagi. yupz…. Bener banget (ya iyalah udah bold tebal sekali masak masih salah). Jawaban tersebut dapat dikonotasikan bahwa seakan-akan di dunia ini tidak ada orang yang sabar selain dirinya. Nah, beda nih artinya apabila nabi Musa as mengucapkan, “. . .saya sebagai bagian dari orang yang sabar”. Jawaban seperti ini jelas sangat berbeda konotasinya dengan jawaban nabi Musa as, sebab jawaban itu berisi pengakuan bahwa di dunia ini banyak orang yang sabar.
            Karena kurang sedikit tawadhu tersebut, hasilnya nabi Musa as tidak bisa bersabar dalam berguru dengan nabi Khidhir as. Setiap kali nabi Khidhir as berbuat sesuatu, nabi Musa as selalu berkomentar, bahkan mengimgkarinya (pengen tau lebih lanjut kisahnya?? Baca noh di Qs. Al-Kahfi : 60-82). Rasulullah saw bersabda, “Kita sangat senang kalau saja nabi Musa as dapat bersabar, niscaya akan banyak kisah yang bisa kita dapatkan darinya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
            Beda lagi nih sama kisahnya nabi ismail as ketika Beliau mendapat tawaran darri nabi Ibrahim as untuk disembelih, Beliau menjawab, “Wahai bapakku! Lakukanlah apa yang engkau telah diperintahkan, engkau akan mendapati diriku insya allah ter,masuk orang-orang yang sabar”. ( QS. Ash-shoffat : 102). Dsn terbukti deh bahwa nabi Ismail as dapat bersabar.
            Sebenernya apasih yang kita dapat dari semua itu?? Kenapa seorang Rasulullah yang sudah pasti di ampuni dosanya masih mendapatkan hukuman semacam itu??  Kenapa para nabi Allah yang hanya memiliki kesalahan sekecil itu bisa berakibat fatal?? Jawabannya karena Itu semua semata-mata agar dijadikan sebagai pelajaran dan diambil hikmah (durus wa ‘ibar) bagi umatnya.
            Dari sekian banyak kisah dapat kita simpulkan bahwa : insya Allah adalah kalimat yang sangat sangat penting untuk kita ucapkan. So…..jangan pernah tinggalin kalimat isnya Allah disetiap janji, harapan, dan apapun itu, walaupun hasilnya sudah bisa kita prediksikan ketepatannya 99% sekalipun . Karena yang mengatur semuanya adalah Allah. Tetapi jangan lebay ya teman, jangan sampai setelah baca ini terus nyebut-nyebut insya Allah mulu. Gubrak deh. Pengucapan insya Allah bersifat kondisional, kita karus menyesuaikan waktu, dimana kita perlu mengucapkannya dan dimana insya Allah cukup dalam hati saja. Contoh nih, udah tau kan kalau api itu panas??? Ya kita nggak perlu deh ngucapin insya Allah api itu panas. Hal itu sudah sunatullah api panas, es dingin, garam asin dll. Tetapi kita perlu meyakini dalam hati, bahwa Allah lah yang menjadikan api itu panas atau bisa merubahnya.
#diambil dari buku karya Z. I. Mumtay

Goncangan maha dahsyat


oleh: riqi astuti

Ketika telah habis masa atau usia dunia ini, maka sangkakala itu akan lebih didekatkan ke mulut Israfil. Kemudian, ia akan mengumpulkan keempat sayapnya (bersiap-siap meniup). Setelah itu, ia pun segera meniup sangkakala yang telah lama ia bawa itu. Saat itulah situasi alam ini akan segera berubah dengan cepat. Yang sebelumnya cuaca cerah, angin berhembus lambat menyejukkan, mentari ramah menyapa, kini berubah menjadi puncak bencana yang akan menjadi akhir dari segalanya dan semuanya. Allah saja yang tidak musnah, Dzat Yang Maha Kekal, Dzat Yang tak mengenal awal juga akhir.
Saat itu, suasana menjadi gelap. Mega hitam berarak cepat digiring angin yang sangat dahsyat, berhembus dengan ganas. Topan badai saling beradu, memporak-porandakan apapun yang ditemuinya. Kilat menyambar-nyambar, suara halilintar membahana. Gemuruh gunung menggelegar menahan lahar yang akan segera mereka muntahkan. Hujan api terjadi di mana-mana. Batu panas dan taburan pasir panas dari dalam gunung beterbangan saling bertabrakan. Bumi bergetar dengan hebatnya. Gunung-gunung tercabut dari akar-akarnya serta memuntah-muntahkan lahar panasnya. Samudra, lautan, pantai, telaga, sungai, dan segala yang ditempati air akan membanjir deras dan memburu serta menerjang apapun yang ada di depannya. Bumi telah terjadi gempa, tanah-tanahnya terbuka dan menelan apapun yang ada di atasnya. Gemuruh Guntur dan halilintar bersahutan memekakkan telinga. Debu bertaburan membutakan mata. Seluruh manusia tak ada yang mampu menyelamatkan diri ke mana pun ia berlari. Mereka berlari menuju apapun yang mereka kira mampu menyembunyikan dirinya dari bencana puncak itu. Tidak lagi anak, istri, kekasih, sanak saudara, tetangga, kerabat, teman, sahabat, dan harta benda yang selama ini mereka lombakan terbesit dalam ingatan mereka. Bumi telah dihancurkan, manusia berada dalam kelimbungan. Jeritan, teriakan, tangisan, raungan, saling bersahutan mengalahkan suara gemerlegar gunung dan halilintar. Permintaan tolong yang sia-sia pun masih sering mereka teriakkan. Mereka memikirkan diri mereka masing-masing. Namun, mereka tetap tidak akan mampu selamat dari pembantaian akhir dunia itu. Alam telah merampungkan tugasnya untuk membinasakan makhluk-makhluk yang selama ini menganggap bahwa alam adalah sahabat yang mampu mengayomi, melindungi, dan menjadi tempat kelangsungan hidup mereka.
Pada hari itu, alam mementahkan anggapan manusia yang tak berkeyakinan kepada Sang Pencipta alam semesta. Mereka binasa, dan akan segera memasuki kehidupan yang nyata. Di antara surga atau neraka? Ya Tuhan kami, lindungilah kami pada hari itu, pada hari sebelum hari itu, dan pada hari-hari setelah hati itu. aamiin

Asmaul husna => nama masjid??


oleh : riqi astuti
 
Teringat dengan kisah yang mengelikan ketika saya duduk di kelas VIII SMP. Waktu itu saya menjadi murid baru di salah satu SMP Muhammadiyah di Yogyakarta. Karena ketidaktahuan dank e-awam-an saya dalam ilmu agama mengakibatkan saya menjadi bahan tertawaan di kelas yang belum lama saya tempati. Berawal dengan pelajaran aqidah yang membahas tentang asmaul husna. Ketika itu guru menjelaskan sedikit tentang asmaul husna, kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi. Diskusi itu di awali dengan pertanyaan dari guru, “dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata ar rahman, al huda, an nur, al furqan. . . itu disebut dengan??”, begitu kurang lebih guru itu memulai pertanyaan kepada kami. Karena waktu itu saya masih duduk di kelas VIII C, yang muridnya memang kurang aktif ketika pelajaran, akhirnya saya memberanikan diri, tanpa berpikir panjang saya langsung menjawab, “nama masjid bu. . .”, jawab saya dengan lantang dan berani. Sontak teman-teman sekelas menertawakan saya, tadinya saya bingung kenapa teman-teman menertawakan saya, karena saya berpikir apa yang saja jawab itu benar, sebelum menjawab saya teringat dengan perjalanan saya menuju jogja. Karena saya orangnya suka melihat hal-hal baru, itu termasuk salah satunya, melihat nama-nama masjid di pinggir jalan. Saya kemudian memandang guru tersebut, berharap mendapat penjelasan darinya, beliau yang mengerti maksud saya langsung tersenyum dan mendekati saya. “mbak, ya memang benar ada nam masjid yang menggunakan kata-kata seperti itu,tetapi jawabannya kurang tepat, yang ibu tanyakan itu tentang asmaul husna”. Gubrak, malunya diriku saat itu, tak berani memandang teman-teman yang menertawakanku.
Astagfirullah, betapa awamnya diriku dulu dalam ilmu agama, setelah hal itu, sebelum pelajaran, saya berusaha mengetahui materi yang diajarkan terlebih dahulu, saya takut  hal seperti itu akan terulang lagi. tetapi karena hal itu pula saya berusaha ingin mengetahui segala sesuatu yang belum saya ketahui. Terimakasih pengalamanJ. Memang benar kata pepatah, “pengalaman adalah guru yang paling berharga”.

Minggu, 24 Juni 2012

Singapura....dalam suka dan dukaku


 oleh : riqi astuti
Foto Negara singapura itu masih terpajang di sudut kamar hana. Foto yang Ia peroleh dari majikan ibunya ketika jalan-jalan ke Singapura sekitar lima tahun yang lalu sudah usang termakan usia, penuh dengan debu-debu bahkan gambarnya sudah tak menarik untuk di lihat. Namun tidak bagi hana, gadis kecil yang duduk di kelas VII SMP ini. Foto itu adalah satu-satunya semangat yang Ia miliki untuk tetap konsisten dengan cita-citanya dari SD, singgah di Negara Singapura. Setiap malam selalu di pandangnya, mengkhayal dan berharap bisa berada di sana. Bertemu dengan orang-orang yang cerdas, bediskusi dengan para pejabat, dan banyak lagi.
walau kadang ibunya tak yakin dengan apa yang hana cita-citakan, namun Ia selalu mendukung apa yang putrinya lakukan, kasih sayang dan keikhlasan yang tulus selalu Ia berikan untuk buah hati tercinta. Tak jarang Ia teteskan air mata ketika melihat putrinya sedih, Ia sering menyesal dengan keadaannya yang tak punya apa-apa, kerjapun hanya srabutan, Ia merasa tak dapat membahagiakan putrinya ketika melihat hana sedih. “Nak…do’a ibu kan selalu untukmu, ibu sangat berharap apa yang hana cita-citakan bisa berhasil, entah bagaimana caranya semua serahkan pada yang mengaturnya”, kata ibu hana dengan belaian tangannya yang lembut menyentuh helaian-helaian rambut hana yang panjang dan terurai, hana pun tersenyum dan memeluk ibunya

**********

Teng….teng…teng”. bel masuk kelas berbunyi, semua siswa masuk di kelas masing-masing tidak terkecuali dengan hana, gadis yang juga di anggap pandai oleh teman-temannya. Salah seorang guru mengenakan kerudung coklat, berkacamata dan bersepatu hag tinggi yang sangat serasi dengan sragam pegawainya itu terlihat berjalan menuju kelas hana. “Selamat pagi anak-anak”, kata Bu Gita, guru sejarah di kelas VII mengucap salam. “Pagi bu…”, sahut para siswa bersamaan. Bu Gita memulai pelajarannya yang membahas tetang Negara maju dan Negara berkembang. “Baiklah anak-anak, karena dua minggu yang lalu ibu telah memberikan tugas kepada kalian untuk presentasi individu tentang bab ini, maka hari ini kita mulai presentasi. Sudah siapkan?”, tanya Bu Gita yang mengagetkan murid-muridnya. Hampir semua murid lupa akan tugas yang diberikan Bu Gita karena banyaknya tugas yang mereka kerjakan akhir-akhir ini. “Belum bu…”, “Wah bu, lupa...”, “Banyak tugas bu...”, jawab mereka seakan lari dari tanggung jawabnya sebagai pelajar, sehingga membuat ruang kelas menjadi gaduh. “Sudah!! Sudah!!, kalian itu selalu mencari alasan! Sekarang tidak ada alasan lagi, Salah satu dari kalian harus maju”, kata Bu Gita sambil memukul meja, membuat semua murid menjadi diam tanpa kata. Dalam situasi seperti itu hana memutar otak, Ia teringat tentang foto Singapura yang berada di kamarnya, Ia juga sering mencari informasi tentang Negara tersebut, bahkan alasannya yang membuat dia ingin ke singapura salah satunya karena singapura adalah satu-satunya Negara kecil yang maju di Asia Tenggara. Hana memberanikan diri untuk presentasi, demi dirinya dan teman-temannya agar tidak mendapat hukuman dari Bu Gita, guru yang paling killer di sekolah. “Teman-teman...Hana saja yang maju”, kata hana memberanikan diri. “Baiklah Hana, silahkan maju”, sambut Bu Gita. Teman-temannya terkejut melihat keberanian hana, bakhan ada temannya yang mengejek, “Halah…..kamu bisa apa Han, kamu itu bisanya cuma nitipin makanan di kantin”.
Sudah tak asing lagi bagi Hana ejekan-ejekan seperti itu, bahkan itu menjadi santapannya sehari-hari. Namun itu tak memudarkan semangatnya untuk presentasi tentang Negara Singapura. Ia pun memulai presentasinya dengan lancar, bahkan Bu Gita terheran-heran melihat anak didiknya mengetahui begitu detail tentang Singapura, yang belum pernah di ajarkannya di kelas. Di tengah-tengah presentasi Hana, tiba-tiba salah seorang temannya menyoraki, “Hahaha...teman-teman, lihat deh sepatu Hana, sepatu apa itu Han! Udah rusak gitu masih kamu pake, nggak kuat beli ya??”, kata Risti, teman sekelas Hana yang pandai tapi sombong dengan kekayaan orang tuanya. Sontak saja teman-teman Hana reflek melihat ke bawah dan menertawakan Hana. Dengan muka malu Hana kembali ke tempat duduknya tanpa menyelesaikan presentasinya. “Risti!! di sekolah itu semua memiliki tujuan yang sama, yaitu belajar, tidak membedakan yang memiliki sepatu bagus, sepatu jelek bahkan sepatu yang terbuat dari emas sekalipun. Kamu tidak boleh seperti itu dengan temanmu, dan sekarang kamu maju presentasi”, kata Bu Gita sedikit membentak. Risti kaget, dia belum persiapan apa-apa tentang matari yang akan Ia presentasikan, bahkan Ia belum punya gambaran sama sekali. “Sa…sa..saya bu??”, dengan muka pura-pura tidak tahu Risti meyakinkan dirinya. “Iya, kamu. Cepat”, jawab Bu Gita. “Ii..iiy..iyya bu, sebentar”, sahut Risti sambil berdiri untuk maju. Risti maju dan mempresentasikan Negara Korea. Namun, karena pengetahuannya sedikit, di tengah presentasinya dia berhenti. Dia kehabisan kata-kata yang akan di sampaikan. “Dan ini adalah contoh murid yang sangat pandai di kelas. Untuk presentasi saja masih belepotan”, kata Bu Gita sedikit mengejek. “Sekarang kamu duduk”, lanjut Bu Gita.

**********

Eh, temen-temen...ada pengumuman lomba nih, siapa yang mau ikut”, teriak Rangga di depan papan pengumuman. Teman-temannya berbondong-bondong menghampiri Rangga untuk melihat pengumuman. Ternyata ada lomba membuat karya tulis tentang “Remaja dalam Perubahan Dunia”. “Teman-teman, gimana kalau kita ikut lomba bareng-bareng aja, sekalian buat latihan, hehe”, ajak Rangga pada teman-temannya. “Setuju, terus uang pendaftarannya di jadiin satu aja ngga, biar yang ke tempat pendaftaran satu orang aja kalau udah ngumpul”, sahut salah seorang teman Rangga. “baguslah…Buat teman-teman kelas VII yang ingin mengikuti lomba karya tulis bisa mendaftar kepada saya dan pengumpulan saya tunggu sampai hari jum’at. Setelah hari jum’at silahkan mendaftar sendiri di tempat pendaftaran”, kata Rangga sebagai ketua kelas VII kepada teman-temannya. “Kamu mau ikut juga Han?? Emang kamu punya uang buat bayar pendaftarannya? Buat beli sepatu aja nggak kuat apalagi buat daftar lomba seratus lima puluh ribu”, ejek Risti kepada Hana. Hana hanya terdiam, Ia tak mau meladeni ejekan temannya yang tidak ada gunanya.
Siswa yang tadinya berkerumun di papan pengumuman berangsur-angsur kembali ke kelas, tinggallah Hana sendiri di tempat itu. Ia hanya dapat memandang pengumuman itu, dan tanpa berpikir panjang Ia mengambil pengumuman lomba itu kemudian di masukkan di tas untuk di bawa pulang.

**********

Assalamu’alaikum…”, ucap Hana sambil mencium tangan ibunya. Ibu Hana yang sedang menjahit baju Hana di ruang tamu dengan penuh keikhlasan menghulurkan tangannya “wa’alaikumsalam…”, jawab Ibu Hana. Hana bermuka masam saat tiba di rumah langsung menuju kamarnya. Melihat tingkah laku putrinya yang aneh Ibu Hana berhenti menjahit dan menemui putrinya di kamar. “Han, ada apa sayang?? Bilang ke ibu, siapa tahu ibu bisa membantu”, kata ibu Hana dengan penuh kelembutan. “Tumben ibu tanya sama aku, biasanya ibu kan nggak pernah tanya-tanya kalau Hana lagi sedih?”, jawab Hana dengan sinis. “Sayang, siapa tau ibu bisa bantu Hana, ibu pengen buat Hana itu bahagia, ibu pengen Hana seneng”, sambut ibu Hana sembari memeluk putrinya. Hana meronta, “Apa bu?? Bahagia?? Bahagia yang seperti apa bu?? Ibu belum buat Hana bahagia, Hana menderita bu. Hana bosen seperti ini terus, bahagia saat aku diejek temen-temen? Bahagia saat aku diejek pake sepatu rusak?? Itu yang ibu bilang bahagia!!”, kata Hana kasar. “Nak, maafkan ibu, ibu belum bisa buat Hana bahagia. . .”, ibu Hana tak dapat berkata-kata lagi, Ia bahkan tak kuasa menahan air matanya. Ibu Hana keluar meninggalkan putrinya sendiri di kamar. Ia menangis, menyesal dengan keadaannya, Ia belum bisa memberi kebahagiaan untuk putrinya tercinta.
Setelah ibu Hana menyelesaikan pekerjaannya ia kembali menengok putrinya di kamar. Ternyata Hana tertidur pulas di kamarnya, ibu Hana tersenyum, matanya pun tertuju dengan kertas putih yang di dekap hana dalam tidurnya, ibu hana kemudian mendekati Hana dan perlahan-lahan mengambil kertas yang di dekap Hana. Ia tersenyum membaca isi dalam kertas itu, “putriku… ibu akan mengusahakan semuanya, ibu akan mencarikan uang pendaftaran lomba ini buat Hana, biar Hana bisa ikut lomba dan menang”, kata ibu Hana kepada putrinya yang sedang tertidur pulas. Ia pun meninggalkan Hana dan kembali mengerjakan pekerjaannya.

***********

Tanpa sepengetahuan hana, ibunya pergi ke rumah orang-orang yang dikenalnya, Ia rela bekerja apapun demi mendapat uang Rp 150.000,00 untuk biaya pendaftaran lomba untuk putrinya. Rumah per rumah Ia datangi, Ia berharap ada yang membutuhkan tenaganya untuk bekerja apapun yang penting halal dan berharap supaya dapat pinjaman uang. Namun hasilnya nihil, sampai seharian Ia tak mendapatkan apa-apa, pekerjaan tidak, pinjaman juga tidak. Akhirnya ia pulang dengan tangan hampa, hampir saja Ia putus asa. Namun Tuhan berkehendak lain, di perjalanan pulangnya Ia bertemu dengan Bu Hermin. “Darimana bu?”, tanya ibu Hana menyapa. “Ini bu, dari tempat Bu Lia, mau jahit baju, tapi orangnya baru keluar”, jawab Bu Hermin. “Maaf bu, saya juga bisa menjahit, kalau ibu tidak keberatan biar saya jahit saja, tiga hari sudah jadi bu, saya butuh sekali uang buat sekolah Hana bu, bantu saya”, kata ibu Hana meminta bantuan. Karena merasa kasihan dengan ibu Hana, Bu Hermin pun memberikan bajunya kepada ibu Hana untuk dijahit, “Ya sudah, ini bu, besok di antar di rumah ya bu”, jawab Bu Hermin kemudian memberikan bajunya kepada ibu Hana. “Terimakasih bu, terimakasih sekali, besok kalau sudah jadi langsung saya antar”, kata ibu Hana dengan hati gembira. Ia senang, akhirnya Ia mendapatkan pekerjaan, dan hasinya bisa untuk tambah-tambah biaya pendaftaran lomba untuk putrinya. Ia langsung pulang ke rumah dengan hati gembira.

                                                                       **********

Pendaftaran lomba di tempat Rangga tinggal dua hari lagi, Hana bingung, Hana pengen sekali ikut lomba karya tulis itu, tapi dia belum dapat uang untuk membayar biaya pendaftarannya. Ia juga sering marah-marah dengan ibunya. Ia merasa tertekan dengan semua itu, tetapi di samping itu Ia tetap belajar untuk karya tulis yang akan dilombakan. ‘Ya Allah… Aku pengen ikut lomba itu, hmm….ya sudahlah, ikut nggak ikut yang penting aku belajar. Ikut nggak ikut yang penting aku bisa’ begitulah Ia selalu menyemangati dirinya sendiri.
Sementara itu, ibu Hana masih berusaha mencarikan uang untuk biaya pendaftaran lomba di luar pengetahuan Hana. Ia pergi ke rumah Bu Hermin untuk mengembalikan baju yang sudah Ia jahit. Namun sebelum berangkat Ia sudah punya inisiatif untuk membawa televisi yang ada di rumahnya, karena Ia tahu kalau upahnya dari menjahit belum mencukupi untuk biaya pendaftaran itu. Sesampainya di rumah Bu Hermin, ibu Hana menceritakan apa yang diinginkan anaknya, dan Ia memohon supaya diberi pinjaman oleh Bu Hermin. Karena iba melihat ibu Hana, Bu Hermin pun berjanji akan membantu ibu Hana, namun tidak bisa langsung hari itu juga. Bu hermin berjanji akan langsung mendaftarkan Hana untuk mengikuti lomba karya tulis itu. “Terimakasih ya bu, ibu telah banyak membantu saya”, kata ibu Hana sangat senang, hatinya gembira, pasti putrinya senang bisa ikut lomba. “Iya bu, sama-sama, kita harus saling membantu. Besok kalau sudah saya daftarkan, buktinya langsung saya antar ke rumah ibu saja, sekalian mau ketemu Hana”, jawab Bu Hermin.

**********

Hari ini adalah hari terakhir pembayaran biaya pendaftaran lomba karya tulis di tempat Rangga dan terbukti, Hana tidak juga mendaftar. “Teman-teman saya nanti mau ke tempat pendaftaran, jadi pendaftaran yang melalui saya hari ini saya tutup ya”, kata Rangga kepada teman-teman sekelasnya. “Haha….mana Han, katanya kamu mau ikut, kok namanya nggak tercantum? Hu, pembohong!”, ejek Risti kepada Hana. “Aku nggak pembohong! Aku pasti ikut lomba itu kok!”, jawab Hana sedikit emosi.
Hari ini Hana sedih sekali, Ia kesal dengan semuanya, kesal dengan ejekan teman-temannya, kesal dengan ibunya yang tak pernah membuatnya bahagia. Sesampainya di rumah Ia mendapati ibunya tak ada di rumah. Ia melihat ada pakaian kotor di pojok rumah yang menumpuk, langsung Ia bawa ke halaman rumah, pakaian kotor itu di buang sembarangan, hingga memenuhi halaman rumahnya, rumah dan halamannya jadi berantakan. Hana meluapkan semua emosinya sambil menangis. Tiba-tiba ada motor yang berhenti di depannya. “Kamu kenapa Han, jadi orang itu jangan suka ngambek. Nggak baik. Ibu kamu mana??”, kata Bu Hermin sambil memasukan televisi yang dibawa ibunya Hana ke rumahnya untuk dijadikan jaminan. “Nggak ada ibu!! Aku nggak punya ibu!!”, jawab Hana dengan marah. “Hana!!! Durhaka ya kamu sama ibumu, nggak baik Han ngomong seperti itu. Ibumu yang melahirkan kamu, ibumu yang merawan kamu. Kamu malah menganggap ibumu nggak ada”, sahut Bu Hermin mendekati Hana. “Terus apa bu, ibu nggak pernah buat aku bahagia, ada dan nggaknya ibu itu nggak pernah ngaruh dalam hidup Hana”, jawab Hana sinis. “Hana!! Kamu jangan seperti itu, kamu nggak tau pengorbanan ibumu buat kamu ya?? Asal kamu tau ya, ibumu itu rela kerja apa aja buat kamu, bahkan ibumu rela menaruh tv tadi di rumahku demi kamu! Demi kamu Han, ibumu pengen kamu ikut lomba karya tulis itu, dan ibumu sudah mendaftarkan kamu ikut lomba itu, kartu pendaftarannya besok bisa kamu ambil di rumahku. Harusnya kamu berterimakasih punya ibu seperti dia”, kata Bu Hermin menasehati “Sudah, saya pergi dulu, terburu-buru”, lanjutnya. Hana terdiam, Hana tidak pernah tahu kalau ibunya mati-matian cari uang untuk biaya pendaftaran lomba karya tulis itu. Hana hanya bisa menyesal, ia menangisi semua yang telah ia lakukan kepada ibunya, ia baru sadar ternyata ibunya begitu menyayangi dirinya.

*********
Hana meminta maaf kepada ibunya, dan ia senang, akhirnya ia bisa mengikuti lomba karya tulis itu. Hana berusaha sekuat tenaga untuk mempersiapkan diri mengikuti lomba tersebut. Ia ingin menjadi juara, Ia ingin memberikan hadiah terindah untuk ibunya.
Setelah Ia menyiapkan segala sesuatu yang Ia butuhkan untuk lomba, Ia mulai mengerjakan karya tulisnya. Ia mengerjakan dengan penuh ketelitian dan kehati-hatian, semua Ia kerjakan dengan sempurna. H-10 batas pengumpulan karya tulis Hana mengumpulkan hasil karyanya. tidak lupa, sebelum muengumpulkan karya tulisnya Ia meminta restu kepada ibunya. Perasaan optimis selalu menyelimutinya. Dan sekarang Hana tinggal menunggu pengumuman, Ia berharap bisa menjadi pemenang dalam lomba ini, karena akan diambil pemenang lima besar dan kemudian pemenangn tersebut akan mempresentasikan hasil karya tulisnya.

**********

Hari ini adalah pengumuman pemenang lomba karya tulis tingkat provinsi. Hana cemas, Ia takut dirinya tidak menjadi pemenang, jantungnya berdetak-detak takut tidak bisa memberikan hadiah terindah untuk ibunya. Namun ketakutan-ketakutannya itu di selimuti dengan rasa optimis. Ia optimis dengan apa yang telah Ia kerjakan, Ia yakin kalau apa yang Ia kerjakan pasti akan menghasilkan terbaik.
Tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu, Hana langsung menuju ke ruang tamu. “Mbak, ini ada kiriman surat, maaf datangnya terlambat, saya nyari alamat rumahnya sulit”, kata tukang pos kemudian memberikan surat kepada Hana. “Darimana pak?, oh iya pak nggak papa. Emang nggak pernah ngirim dan nerima surat, jadi mungkin bapak baru pertama kesini”, jawab Hana. “Nggak tau mbak, baca aja. Hehe, iya mbak, ini baru pertama saya kesini”, jawab pak pos “ya sudah mbak, saya langsungan ya”, lanjutnya. “Oh ya pak, terima kasih”, jawab Hana.
“Ibu…Hana dapat surat, sini bu…”, Hana berteriak memanggil ibunya. Ibunya langsung menemui Hana. “Ada apa sih Han, kok teriak-teriak, ya udah di buka aja, siapa tahu itu pengumuman lomba kamu”, kata ibu Hana. “Oh, iya ya bu”, jawab Hana sambil membuka amplopnya pelan-pelan. “yee! Yes!! Hore!!Hana menang bu, Hana dapat juara dua!!”,teriak Hana sambil berjingkrak-jingkrak kegirangan dan memeluk ibunya. Ibunya ikut senang dan memeluk putrinya. “Makasih ya bu atas do’anya, Hana bisa menang lomba ini”, kata Hana berterimakasi kepada ibunya.
Sejak saat itu Hana mulai belajar presentasi, karena hanya ada waktu tiga hari untuk mempelajarinya dan kemudian dipresentasikan dihadapan juri. Walaupun media yang dimilikinya tidak memadai, namun Ia tetap berusaha menyiapkan segala sesuatu yang Ia butuhkan dengan meminjam kepada tetangga dan teman-temannya.

**********

Hari yang ditunggu-tunggu Hana akhirnya tiba juga, hari dimana Hana akan memperebutkan kejuaraan dengan mempresentasikan hasil karya tulisnya. Perasaan Hana bercampur aduk, antara grogi, takut, dan juga berharap untuk menang. Lawan-lawannya sama-sama kuat, dan memiliki kepadaian dalam berbicara. Namun itu tidak melunturkan semangat hana untuk menjadi juara.
Lomba presentasi dimulai dengan sangat resmi, di buka oleh gubernur setempat dan peserta lomba harus mempresentasikan di depan para juri dan juga para penonton. Banyak aspek yang menjadi pertimbangan dalam lomba tersebut. Semua peserta mempresentasikan hasil karyanya. Tidak ada yang gagal dalam presentasi itu, semua peserta berhasil dan sukses dalam menyajikan materi dihadapan juri dan penonton.
Saatnya moment yang paling menegangkan, pengumuman pemenang dalam lomba karya tulis tingkat Provinsi. Semua peserta tegang dan menginginkan menjadi pemenang. Tetapi bukan perlombaan namanya kalau tidak ada yang menang dan kalah. Semua harus siap, karena menang atau kalah adalah hal yang wajar dalam perlombaan. Akhirnya, diumumkan pemenang lomba karya tulis tersebut, dan Hana mendapat juara satu sekaligus sebagai wakil untuk mengikuti lomba tingkat Nasional. Kegembiraan pun menyelimuti hati Hana dan ibunya, Hana bersyukur akhirnya bisa memberikan hadiah terindah untuk ibunya, seperti yang telah Ia janjikan sebelumnya.]

**********

Selama satu bulan Hana di kirim ke ibukota untuk memasuki masa karantina sebelum perlombaan. Ia bertemu dengan teman-teman yang baru, dari 33 provinsi berbeda di Indonesia. Banyak hal dan pengalaman yang Hana peroleh selama masa karantina. Ia sangat bersyukur di beri kesempatan untuk menjadi peserta dalam lomba tingkat nasional itu.
Hal yang sangat mengejutkan para peserta lomba, yang tidak di beritahukan sebelumnya yaitu dua hari sebelum perlombaan para peserta diberi kesempatan untuk berlibur bersama ke Singapura. Tentu saja hal itu sangat menggembirakan para peserta lomba, tidak terkecuali dengan Hana, gadis yang sejak kecil sangat menginginkan untuk bisa pergi ke Singapura. Hana sangat gembira mendengar kabar dari pembimbingnya itu.
Para peserta pergi berlibur ke Singapura bersama-sama, kebahagiaan terlihat di wajah para pesrta lomba tersebut. Banyak hal yang mereka peroleh di sana, bertemu dengan pejabat, mengunjungi tempat-tempat yang sangat terkenal di Singapura, berkunjung ke sekolah-sekolah di Singapura dan tidak lupa untuk menggali informasi yang membuat singapura menjadi Negara maju.

**********
Lomba karya tulis tingkat Nasional di mulai dengan khitmat, semua peserta mempresentasikan hasil karyanya. Materi-materi yang mereka suguhkan sangat luar biasa. Mereka semua benar-benar anak bangsa yang cerdas. Mereka semua merasa sudah menjadi juara, karena mereka semua memiliki kemampuan yang luar biasa.
Hasil lomba di umumkan hari itu juga, Hana menjadi runner up dalam perlombaan itu. Namun Ia sangat senang, akhirnya apa yang Ia cita-citakan berhasil. Berkunjung ke Negara singapura dan bertemu para pejabat di sana. Sungguh hal yang tak mungkin dilupakan oleh Hana, yang akan selalu di kenang dalah hidupnya.
#terinspirasi dengan suatu adengan di televisi :)