Sabtu, 23 Februari 2013

[Feature] “Pemutaran Film menjadi Daya Tarik Pengunjung”

By : Riqi Astuti
Ketertarikan pelajar dan mahasiswa pada film layar lebar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari padatnya bioskop-bioskop saat launching film. Tempat wisata yang memberikan fasilitas ruang pemutaran film selayaknya bioskop menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Salah satunya adalah Museum Pendidikan Indonesia (MPI) yang terletak di kompleks kampus pusat Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
MPI merupakan museum yang digunakan untuk menggambarkan perkembangan pendidikan Indonesia dengan berbagai koleksi berupa visualisasi tokoh, simbol, gagasan, dokumen ataupun alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran. Koleksi-koleksi tersebut berasal dari hibah, pembelian dan barter dengan museum lain.
Diresmikan Sri Sultan Hamengku Buwono X pada 8 Juli 2008, MPI terus berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada pengujung yang ingin mengetahui tentang pendidikan masa lalu dan perkembangannya. Setelah persemian, MPI telah melakukan renovasi sebanyak 2 kali, sehingga tahun 2009 lalu MPI memiliki Ruang Sinema yang saat ini menjadi icon paling diminati pengunjung.
Ruang sinema berkapasitas 116 kursi dilengkapi dolby surround sound system dan screen lebar di bagian depan membuat tempat tersebut tidak kalah bagusnya dengan biskop. Ruang Sinema digunakan MPI untuk menyambut rombongan pengunjung. Disamping itu juga untuk memutar dan mendiskusikan film berkaitan dengan pendidikan.
Koleksi film yang dimiliki MPI baik dari dalam maupun luar negeri memberikan keleluasaan pengunjung untuk memilih sendiri film yang akan diputar dan didiskusikan. Hal tersebut dimaksudkan agar pengunjung antusias dalam menyaksikan.
Film “Si Anak Kampoeng” yang menceritakan seorang guru bangsa, Buya Syafi’i Ma’arif merupakan salah satu film yang ditawarkan kepada pengunjung. Berlatar belakang tahun 1930-1950-an film ini menceritakan seorang anak terpandang di Sumpur Kudus, Sumatra Selatan yang telah ditinggal ibunya sejak ia masih bayi. Ia mendapatkan banyak rintangan yang harus dilalui. Menginjak dewasa ia dihadapkan oleh dua pilihan untuk terus maju dan menjadi seperti ayahnya atau pergi merantau dan menjadi lebih dari apa yang diharapkan ayahnya. Selain film tersebut MPI juga memiliki beberapa film lain seperti Sang Pemimpi, Laskar Pelangi, Sang Pencerah dan masih banyak lagi.
Pemutaran film diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan menjadi sarana pendidikan karakter bagi pengunjung. Tanpa menunggu antrian panjang dan mengeluarkan biaya masuk bioskop, pengunjung sudah dapat menyaksikan sekaligus mendapatkan pelajaran dari film tersebut.
Selain ruang sinema yang tidak kalah menariknya dengan bioskop, MPI yang dahulu merupakan gedung bekas rektorat pertama IKIP Yogyakarta juga memiliki koleksi-koleksi lain. Pengunjung dapat mengetahui Menteri Pendidikan Indonesia pertama hingga saat ini, diorama kelas dan peralatan pembelajaran zaman dulu, visualisasi aktivitas kependidikan dan kegiatan tokoh-tokoh pendidikan seperti R.A. Kartini dan Ki Hajar Dewantara. Media pembelajaran sejak menggunakan mesin ketik manual hingga komputer, mesin pengganda dokumen dan media lain seperti alat pengukur masa, microscope dan tegangan bolak-balik juga terdapat dalam museum tersebut.
MPI juga menyediakan area yang dapat digunakan untuk even-even tertentu baik dari MPI sendiri maupun dari pihak luar. Festival Dalang Cilik yang bertujuan untuk menanamkan pendidikan kebudayaan kepada anak sejak dini merupakan salah satu even yang dilaksanakan MPI. Belum lama ini MPI juga digunakan sebagai tempat seleksi guru Indonesia Mengajar oleh pihak luar.
Beberapa universitas juga mendirikan museum pendidikan seperti MPI, hanya saja museum tersebut menceritakan perjalanan pendidikan di universitas yang bersangkutan.
“Pendirian museum dibeberapa universitas menggambarkan bahwa masyarakat saat ini sudah menganggap penting pengetahuan tentang pendidikan di negeri ini. MPI dapat dijadikan sebagai tempat menimba ilmu yang tidak diperoleh di dalam kelas”, kata Asnan Arifin, tour guide MPI.
Lebih lanjut Asnan menyampaikan MPI dapat dijadikan sebagai media pembentuk kepribadian peserta didik, karena pengunjung mendapatkan penjelasan perjalanan pendidikan di Indonesia dilengkapi dengan fakta-fakta sejarah. Sehingga pengunjung dapat mengetahui arti pendidikan sebenarnya.
MPI memberikan wadah bagi mahasiswa yang mengapresiasi dan ingin berkontribusi dalam meningkatkan kualitas MPI. Wadah tersebut berupa komunitas terbuka bernama “Sahabat Museum Pendidikan”. Anggota komunitas tidak terbatas mahasiswa UNY saja, melainkan terbuka untuk umum. Sahabat Museum Pendidikan akan membantu MPI ketika menyelenggarakan maupun mengikuti acara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar