Ketertarikan pelajar dan mahasiswa pada
film layar lebar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat
dilihat dari padatnya bioskop-bioskop saat launching
film. Tempat wisata yang memberikan fasilitas ruang pemutaran film selayaknya
bioskop menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Salah satunya adalah
Museum Pendidikan Indonesia (MPI) yang terletak di kompleks kampus pusat
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
MPI merupakan museum yang digunakan
untuk menggambarkan perkembangan pendidikan Indonesia dengan berbagai koleksi
berupa visualisasi tokoh, simbol, gagasan, dokumen ataupun alat dan bahan yang
digunakan dalam pembelajaran. Koleksi-koleksi tersebut berasal dari hibah,
pembelian dan barter dengan museum lain.
Diresmikan Sri Sultan Hamengku Buwono X
pada 8 Juli 2008, MPI terus berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada
pengujung yang ingin mengetahui tentang pendidikan masa lalu dan
perkembangannya. Setelah persemian, MPI telah melakukan renovasi sebanyak 2
kali, sehingga tahun 2009 lalu MPI memiliki Ruang Sinema yang saat ini menjadi icon paling diminati pengunjung.
Ruang sinema berkapasitas 116 kursi
dilengkapi dolby surround sound system
dan screen lebar di bagian depan membuat
tempat tersebut tidak kalah bagusnya dengan biskop. Ruang Sinema digunakan MPI
untuk menyambut rombongan pengunjung. Disamping itu juga untuk memutar dan
mendiskusikan film berkaitan dengan pendidikan.
Koleksi film yang dimiliki MPI baik
dari dalam maupun luar negeri memberikan keleluasaan pengunjung untuk memilih
sendiri film yang akan diputar dan didiskusikan. Hal tersebut dimaksudkan agar
pengunjung antusias dalam menyaksikan.
Film “Si Anak Kampoeng” yang menceritakan
seorang guru bangsa, Buya Syafi’i Ma’arif merupakan salah satu film yang
ditawarkan kepada pengunjung. Berlatar belakang tahun 1930-1950-an film ini
menceritakan seorang anak terpandang di Sumpur Kudus, Sumatra Selatan yang
telah ditinggal ibunya sejak ia masih bayi. Ia mendapatkan banyak rintangan
yang harus dilalui. Menginjak dewasa ia dihadapkan oleh dua pilihan untuk terus
maju dan menjadi seperti ayahnya atau pergi merantau dan menjadi lebih dari apa
yang diharapkan ayahnya. Selain film tersebut MPI juga memiliki beberapa film
lain seperti Sang Pemimpi, Laskar Pelangi, Sang Pencerah dan masih banyak lagi.
Pemutaran film diharapkan mampu
memberikan pengetahuan dan menjadi sarana pendidikan karakter bagi pengunjung. Tanpa
menunggu antrian panjang dan mengeluarkan biaya masuk bioskop, pengunjung sudah
dapat menyaksikan sekaligus mendapatkan pelajaran dari film tersebut.
Selain ruang sinema yang tidak kalah
menariknya dengan bioskop, MPI yang dahulu merupakan gedung bekas rektorat
pertama IKIP Yogyakarta juga memiliki koleksi-koleksi lain. Pengunjung dapat
mengetahui Menteri Pendidikan Indonesia pertama hingga saat ini, diorama kelas
dan peralatan pembelajaran zaman dulu, visualisasi aktivitas kependidikan dan
kegiatan tokoh-tokoh pendidikan seperti R.A. Kartini dan Ki Hajar Dewantara.
Media pembelajaran sejak menggunakan mesin ketik manual hingga komputer, mesin
pengganda dokumen dan media lain seperti alat pengukur masa, microscope dan
tegangan bolak-balik juga terdapat dalam museum tersebut.
MPI juga menyediakan area yang dapat
digunakan untuk even-even tertentu baik dari MPI sendiri maupun dari pihak
luar. Festival Dalang Cilik yang bertujuan untuk menanamkan pendidikan
kebudayaan kepada anak sejak dini merupakan salah satu even yang dilaksanakan
MPI. Belum lama ini MPI juga digunakan sebagai tempat seleksi guru Indonesia
Mengajar oleh pihak luar.
Beberapa universitas juga mendirikan
museum pendidikan seperti MPI, hanya saja museum tersebut menceritakan
perjalanan pendidikan di universitas yang bersangkutan.
“Pendirian museum dibeberapa
universitas menggambarkan bahwa masyarakat saat ini sudah menganggap penting
pengetahuan tentang pendidikan di negeri ini. MPI dapat dijadikan sebagai
tempat menimba ilmu yang tidak diperoleh di dalam kelas”, kata Asnan Arifin, tour guide MPI.
Lebih lanjut Asnan menyampaikan MPI
dapat dijadikan sebagai media pembentuk kepribadian peserta didik, karena
pengunjung mendapatkan penjelasan perjalanan pendidikan di Indonesia dilengkapi
dengan fakta-fakta sejarah. Sehingga pengunjung dapat mengetahui arti
pendidikan sebenarnya.
MPI memberikan wadah bagi mahasiswa
yang mengapresiasi dan ingin berkontribusi dalam meningkatkan kualitas MPI.
Wadah tersebut berupa komunitas terbuka bernama “Sahabat Museum Pendidikan”.
Anggota komunitas tidak terbatas mahasiswa UNY saja, melainkan terbuka untuk
umum. Sahabat Museum Pendidikan akan membantu MPI ketika menyelenggarakan maupun
mengikuti acara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar